Entri Populer

Minggu, 13 Februari 2011

FORMALIN

MENYOAL FORMALIN SEBAGAI BAHAN KIMIA BERBAHAYA

Oleh : Drs.Nanang SH, M.Pd
Pengawas DIKMEN Kab. Garut

Formalin saat ini telah menjadi suatu fenomena yang menarik. Bagaimana tidak, hampir setiap hari di media cetak maupun media elektronik masyarakat disuguhi dengan isu tentang penyalahgunaan zat kimia berhaya tersebut.
Kehawatiran masyarakat akan bahaya formalin tersebut memang cukup beralasan, karena formalin termasuk bahan kimia beracun, serta dilarang penggunaannya sebagai bahan makanan tambahan (additive food). Formalin saat ini sering digunakan sebagai bahan kimia untuk mengawetkan mayat dan sekarang disinyalir banyak digunakan sebagai bahan campuran dalam pembuatan tahu, ikan asin, baso, dan berbagai jenis mie.
Formalin menurut Kamus Istilah Matematika dan IPA (1985) berasal dari gugus aldehida atau tepatnya dari senyawa formaldehida yang merupakan gas yang berbau merangsang dan mudah larut dalam air dengan rumus kimia CH2O. Senyawa ini bila dilarutkan dalam air dengan kadar 40% dikenal sebagai formalin yang sering digunakan sebagai zat pencuci hama dan pengawet.
Formalin kini sering digunakan sebagai zat aditif, yaitu suatu zat yang sengaja ditambahkan pada makanan dengan maksud untuk mengawetkan dan membuat kenyal dari berbagai macam produk makanan.
Awalnya formalin ini hanya digunakan sebatas untuk kepentingan laboratorium terutama untuk bahan pengawetan hewan dan tumbuhan dalam skala lab disamping sering digunakan untuk pengawetan mayat. Akan tetapi sekarang penggunaannya banyak digunakan sebagai bahan tambahan dalam pembuatan berbagai macam produk makanan seperti pada pembuatan tahu,bakso,mie basah dan ikan asin.
Mengapa dalam pembuatan tahu, bakso, mie basah dan ikan asin sekarang sering digunakan formalin ? Para pengusaha makanan menambahkan formalin dalam produksinya dengan maksud agar barang yang dihasilkannya bisa bertahan lama. Tahu, bakso dan mie basah bila tidak ditambahkan pengawet paling banter bisa bertahan sampai 40 jam atau 2 hari, sementara kalau makanan tersebut ditambahkan formalin bisa bertahan cukup lama atau awet hingga 3 atau 4 hari. Jadi secara ekonomi akan menguntungkan, karena bila dalam waktu 2 hari tidak laku terjual, makanan tersebut masih bisa bertahan Alasan penggunaan formalin dalam pembuatan makanan disamping bisa membuat awet juga bisa membuat makanan tersebut lebih kenyal, tidak lembek serta lebih murah dan praktis dibandingkan penggunaan bahan pengawet yang lainnya , akibatnya para pengusaha lebih tertarik menggunakan bahan kimia tersebut.
Disamping penambahan formalin terutama dalam pembuatan bakso, para produsenpun sering menambahkan pula dengan zat kimia berbahaya lainnya, antara lain Boraks yaitu suatu zat yang sering digunakan dalam pembuatan detergen dengan rumus kimia Na2B4O7.10 H2O.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (POM) menunjukkan bahwa dari 29 sampel mie basah yang dijual di pasar dan super market Jawa Barat, ditemukan 2 sampel (6,9 %) mengandung boraks, 1 sampel (3,45%) mengandung formalin, sedangkan 22 sampel (75,8 %) mengandung formalin dan boraks. Hanya empat sample saja yang dinyatakan bebas dari formalin dan boraks.
Menurut Winarno (1994), pemakaian formalin pada makanan dapat menyebabkan keracunan. Gejala yang timbul antara lain sukar menelan, sakit perut disertai muntah-muntah,berdarah, timbulnya depresi susunan saraf, atau terjadinya gangguan peredaran darah.
Konsumsi formalin pada dosis yang sangat tinggi dapat mengakibatkan konvulsi (kejang-kejang), dan haematomesis (muntah darah) yang berakhir dengan kematian dan injeksi formalin pada dosis 100 …. Dapat merngakibatkan kematian dalam waktu 3 jam.
Boraks juga dapat menimbulkan efek racun pada manusia, tetapi mekanisme toksisitasnya berbeda dengan formalin. Toksisitas boraks yang terkandung dalam makanan tidak langsung dirasakan oleh konsumen. Boraks yang terdapat pada makanan akan diserap oleh tubuh dan disimpan secara komulatif dalam hati, otak, atau buah zakar, sehingga dosis boraks dalam tubuh menjadi tinggi.
Pada dosis yang cukup tinggi, boraks dalam tubuh akan menyebabkan timbulnya gejala pusing-pusing, muntah, mencret dan kram perut. Bagi anak kecil dan bayi, bila dalam tubuhnya mengandung 5 gram atau lebih dapat menyebabkan kematian.Sementara pada orang dewasa kematian akan terjadi bila dosisnya antara 10-20 gram lebih.
Mengidentifikasi atau mendeteksi adanya formalin dan boraks dalam bahan makanan secara akurat memang harus dilakukan dengan uji laboratorium, akan tetapi secara sederhana masyarakat bisa melihat dengan tampilan dan bau yang ditimbulkannya. Biasanya tahu, mie basah dan baso yang menggunakan formalin setelah disipan 2 hari tampaknya lebih padat dan bau khasnya hilang.
Oleh karena itu diperlukan adanya peningkatan kesadaran dan pengetahuan baik bagi para produsen maupun konsumen disertai penegakan hukum yang tegas serta pengawasan yang kontinyu dari pihak terkait agar penggunaan bahan kimia berbahaya tersebut tidak menjadi menjadi konsumsi masyarakat kita (semoga) !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar